Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Abortus pada sapi adalah ketidakmampuan fetus sapi untuk bertahan hidup sebelum waktunya dilahirkan, namun proses pembentukan organ pada fetus tersebut telah selesai. [1]
Jika kebuntingan berakhir sebelum terjadinya organogenesis, prosesnya dinamakan kematian embrio dini.{[fact}} Jika fetus mati sesaat setelah dilahirkan, prosesnya dinamakan kelahiran mati.[2] Kebuntingan pada sapi terjadi selama 9 bulan. [2] Abortus yang terjadi sebelum bulan kelima masa kebuntingan tidak disertai denganretensi plasenta, tetapi abortus yang terjadi sesudah bulan kelima sering disertai dengan retensi plasenta. [2]
Daftar isi |
[sunting] Faktor Penyebab
Klasifikasi abortus berdasarkan penyebabnya dibagi dua yaitu abortus yang diakibatkan oleh faktor infeksius dan non infeksius. [1] Kejadian abortus yang berkaitan dengan genetik sapi sampai saat ini tidak diketahui.[1] Faktor non infeksius yang dapat mengakibatkan abortus diantaranya defisiensi vitamin A dan E, selenium dan zat besi.[1] Selain itu, stres panas juga dapat menyebabkan hipotensi, hipoksia dan asidosis fetus. Temperatur induk yang tinggi pada kondisi demam lebih memengaruhi fetus dibandingkan suhu lingkungan yang tinggi.[rujukan?] Faktor lainnya adalah trauma dan toksin.[1] Beberapa toksin yang dapat mengakibatkan aborsi diantaranya adalah toksin dari Ponderosa pine needles, Astragalus sp., dan Gutierrezia microcephala. Mikotoksin yang bersifat estrogenik juga dapat mengakibatkan abortus.Abortus yang bersifat infeksius dapat dibedakan berdasarkan agen penyebabnya, pada sapi penyebabnya yaitu [2]:
- Bakteri diantaranya Bruselosis yang disebabkan oleh Brucella abortus, Leptospirosis yang disebabkan oleh Spirochaeta, Vibriosis yang disebabkan olehVibrio foetus veneralis.
- Virus diantaranya : Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Epizootic Bovine Abortion (EBA), Bovine Viral Diarrhea (BVD)
- Jamur diantaranya : Aspergillus spp.
- Protozoa diantaranya : Trichomoniasis yang disebabkan oleh Trichomonas foetus.
Aspergillus terdapat dimana-mana dan umumnya bersifat saprofit.[3] Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan. Spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio lain pada saluran pencernaan.[3] Hasil penularan ini secara gradual menyebabkan plasentitis, hambatan pemberian makanan pada saluran fetus, kematian fetus dan abortus dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Kebanyakan abortus terjadi pada bulan kelima sampai ketujuh masa kebuntingan, tetapi dapat berlangsung dari bulan keempat sampai waktu partus.[3] Fetus umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati, tetapi pada beberapa kasus terjadi kelahiran prematur atau fetus lahir pada waktunya dalam keadaan hidup tapi lemah dan mati segera sesudah lahir. [3]
Abortus dapat menyebabkan kerusakan selaput fetus, endometrium, retensio plasenta dan ketidaksuburan sesudah abortus.[1]Secara ekonomi, abortus merupakan salah satu masalah besar bagi peternak karena kehilangan fetus dan dapat juga diikuti dengan penyakit pada rahim serta ketidaksuburan untuk waktu yang lama.[2]Apabila abortus disebabkan oleh faktor infeksius, maka hal tersebut dapat mengancam kesehatan semua sapi betina di dalam kelompoknya. [2]
[sunting] Gejala Klinis
Gejala klinis dari abortus yaitu fetus lahir prematur, pada saat lahir lemah dan kemudian mati atau fetus sudah mati di dalam rahim.[2] Pada kebanyakan kasus abortus fetus mati di dalam uterus dan dikeluarkan dalam waktu 24-72 jam dimana telah terjadi autolisis. [2][sunting] Diagnosa
Diagnosa harus memperhatikan riwayat penyakit, gejala klinis dan sebaginya disertai diagnosa penunjang, misalnya pemeriksaan laboratorium.[2] Pada abortus akibat Brucellosis, diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan Milk Ring Test (MRT) kemudian dilakukan isolasi B. abortus (uji bakteriologis).[4] Dugaan adanya infeksi bakteri pada sapi perah juga dapat diketahui dari Somatic Cell Count (SCC) [4]Milk Ring Test merupakan suatu uji yang cukup sensitif dan spesifik yang dapat digunakan sebagai uji saring (screening test) Brucellosis pada kelompok hewanternak.[4] Brucella abortus dapat diisolasi dari cairan uterus, jaringan uterus, cairan vagina, susu, darah, kelenjar limfe, plasenta fetus, paru-paru fetus dan isi perutfetus yang diabortuskan. Somatic Cell Count telah banyak digunakan sebagai pemeriksaan rutin pada susu untuk mengetahui lebih dini adanya infeksi bakteri pada sapi perah [4].
[sunting] Penanganan
Abortus perlu ditangani berdasarkan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, misalnya oleh bakteri Brucella abortus maka penanganan yang dapat dilakukan yaitu : [5]- Peningkatan sanitasi
- Vaksinasi strain 19 saat sapi berumur 3-7 bulun, strain 45/20 saat terhadap semua ternak
- Pemberian antiseptik dan antibiotika pada hewan yang sakit
- Penyingkiran reaktor (sapi terinfeksi sebagai sumber infeksi)
- Isolasi dan pemotongan sapi yang terinfeksi
- Penggugguran fetus dan plasenta lalu dibakar dan dikubur
- Karantina, pemeriksaan dan pengujian hewan baru.
0 komentar:
Posting Komentar